Kemudian dia mulai menggerayangiku.Jude mulai mencumbui pundakku. “Jude, kenapa kamu juga ikut-ikutan hujan-hujanan sih, jadi sama-sama basah kan.”
“Nggak apa-apa nanti saya temani you sama-sama mengeringkan badan.”Kami masuk lewat pintu garasi. Bokeb No!!” teriakku ketika jemari Jude menelusuri daerah kewanitaanku yang berbulu lebat. Deburan birahiku mulai terpancing. ugh.. Jude tinggal tak sampai satu kilometer dari tempatku tinggal. Hingga akhirnya yang kutemui hanya ruang gelap.Esoknya aku terbangun diatas rajang besi yang asing bagiku. “Balaslah Mel, hisaplah bibirku.”
Aku balas menghisapnya, balas menggigit-gigit kecil bibir Jude. nanti juga enak..”Jude terus saja memaksakan dildo itu masuk ke vaginaku. Oh.. Mel, oh..” Jude mendesis merasakan kenikmatan remasan tanganku. Tidak! Heran aku karena Jude masih mengenakan daster tipis tak bermotif alias polos.




















