Dia mencoba menarik turun agak ke bawah ujung celananya untuk menutupi pahanya yang sedang aku nikmati.“Mas, mau bicara apa, sih?”, katanya tiba-tiba. Bokep Ojol Pinggulnya agak dinaikkan ketika aku agak kesusahan menarik celana jeans itu. Kedua telapak tanganku meraih pantat Eksanti. Eksanti hanya tersenyum. Hingga pukul 5 sore, seperti waktu yang telah kami sepakati kemarin, aku sedang menanti-nanti telepon dari Eksanti. Mulutku yang berada di belahan dada Eksanti menghisap kuat kulit putihnya, sehingga meninggalkan bekas merah pada disana. Payudaranya jadi kelihatan menonjol. Tidak beberapa lama kemudian pintu dibuka kira-kira sekepalan tangan dan aku melihat wajah Eksanti tampak dari celah pintu yang terbuka.“Eh, Mas.. “Occhh..”, Eksanti semakin kaget ketika tangannya menyentuh kejantananku yang telah tegak menegang.“Kenapa, Santi?”, aku bertanya pura-pura tidak mengerti. Aku jadi berpikiran untuk memaksanya saja melakukan persetubuhan, tetapi hal itu bertentangan dengan hati nuraniku.




















