Kemaluannya tetap merekah terbuka dan bergetar-getar, masih harus terbiasa dengan genjotan kemaluanku yang keras dan besar ini.Aku menoleh dan kulihat Fenny menatapku dengan pandangan yang menyiratkan harapan agar nafsunya pun segera dipuaskan. Bokep Asia Beberapa lama kami diam di tempat dengan kelamin yang tetap bersatu sepenuhnya, menggeletar dan mengejang, mereguk segala kenikmatan yang hanya dapat ditemukan dalam persetubuhan.“Udah waktunya mandi, Mas, Mbak Dewi”, kata-kata Fenny menyadarkan kami berdua.Aku membimbing Dewi yang masih lemas didera rasa nikmat orgasmenya. Setelah menyelesaikan ronde terakhir persetubuhan pagi itu, kami bertiga bergabung dengan Mei dan Yen menikmati sarapan pagi. Kecipak bunyi cairan vaginanya karena sodokan kemaluanku secara berirama menambah panas pertarungan penuh birahi ini.“Aku mau keluar..” erang Dewi. “Mei dan Yen udah berencana kok. Mei hebat promosinya seperti ceritanya dulu ke aku. Ciuman hangat mendarat di kedua pipiku. “Mas Ardy membutuhkan tubuh kami sedang kami membutuhkan kejantananmu.”
“Hahaa..” bertiga kami tertawa bareng.Fenny yang sudah duduk di pahaku merapatkan tubuhnya.




















