Mbak sudah tidak memakai bra dan cd. Ati-ati ya…”, sahuntuku cepat berharap Rani segera pulang. Bokep Live Aku sudah tidak tahan lagi. Aku tidak berani terlalu dalam. Pernah suatu ketika, aku sedang santai di kantor karena tidak ada order pembuatan iklan. Mbak Titis berusaha mengatupkan pahanya tapi aku menahannya dengan kedua tangan supaya tetap terbuka. Gila neh! Hidungku nyaris bersentuhan dengan hidung Mbak Titis. Kuperhatikan sejenak situasi sekitarku. Mendengar jawabanku ibu Titis tersenyum kecil sambil memutar tangannya di penis. Aku segera bangkit. “Ibu cantik”, jawabku pendek. Terus terang, aku ga suka ama bosku. Akhirnya aku diam saja membiarkan Mbak Titis bermain dengan penisku. “Kapan-kapan, kalo mbak pengen, Dimas mau ya nemenin Mbak lagi?”
“Mmmmm… Siap Mbak! Tampak samar belahan daging dan kucoba menjilat pelan membelah hutan jembut yang lebat itu. Aku agak panik karenanya. Ah biarin aja lah. Mas Dimas tolong bantuin beres-beres ruang siaran ya”, katanya sambil menegakkan tubuh dan berjalan menuju pintu.
