ke… napaa.. Vidio Sex Kami berdiri di lantai. Mungkin karena aku yang sudah terbiasa berteriak-teriak membuatnya ketakutan.“Sekarang giliranmu”, kukeluarkan batang kemaluanku yang sudah agak terkulai.“Kupikir aku nggak perlu menjelaskan lagi cara membangunkan preman yang satu ini…” kataku sambil mengarahkan kepalanya berhadapan dengan batang kemalauanku yang lumayan besar. Sejenak aku tertegun menyaksikan keindahan yang terpampang di hadapanku. Kami tergeletak berdampingan, tanpa pakaian.“ton… kamu berhutang padaku, suatu saat aku pasti menagihnya.”“Hutang apa?” tanyaku.Dia tidak menjawab. Sesampainya di sela paha kubuka lagi kedua kakinya, terkuaklah liang kemaluan yang kumakan tadi. sayang sekali, kalau mulai besok kamu sudah menyandang gelar tidak perawan lagi…”“Ah…” dia tercekat.“ton… semua uang tadi boleh kamu ambil.. Kami terkulai lemas. Goyangan pinggulnya terasa sekali.“Lho… diperkosa kok malah enjoy… ayo.. Kuangkat dia ke ranjang. Tapi dia tidak berani menatap wajahku.“Auhhgghh…”“Jangan dilepas…” seruku tertahan.Aku jongkok dengan mengarahkan kepala ke sela pahanya. Diarahkannya ke liang kemaluannya.“Sulit… sakitt.. Toh ini demi keuntunganku. Aku sudah nggak tahan… paham… paham?




















