“Ih, elo. Bokep Mom Alia sempat meneteskan air mata. Kuusap, amat pelan, klitorisnya dengan telunjukku. Tinggi “cuman” 163 (tidak 2 meter), kulit kuning langsat (bukan putih), bra ukuran 34 (bukan bukan dibalik jadi 43), pinggang cukup membentuk gitar (nggak sekecil bambu) dan “kewanitaan” yang sedikit sesak untuk ukuran penisku yang rata-rata orang melayu. Kami berciuman lagi. Sejurus kemudian. Alia tak bisa setiap hari “mengunjungi famili”. Dadanya tak boleh disentuh. Siapa tahu dia menunggu action kamu? “Maass, gue kan musti balik,” katanya ketika Aku melepas bibirnya untuk menelusuri lehernya. Alia tak bisa setiap hari “mengunjungi famili”. Kupungut CD-nya yang masih tergeletak di lantai, kusimpan. Tapi Aku tak melihatnya kalau tak ditunjukkan Alia. Remasan dada kulakukan dari luar. Basah. Bahkan sebentar lagi orang tak memerlukan office space yang mahal itu. Perilaku Alia ini lagi-lagi kurasakan aneh. “Maass, gue kan musti balik,” katanya ketika Aku melepas bibirnya untuk menelusuri lehernya.




















