dendem ya kamu mbak godain tadi? Dipandangainya lekat-lekat, bahkan diendus-endusnya.“Uhhm.. Bokeb Apalagi lokasinya berada di daerah cawang yang masih bisa dalam jarak tempuh kendaraan umum (meskipun alhamdulillah tak berselang beberapa bulan aku dapat mengkredit motor hingga tak lagi harus berjubel di transjakarta)Kisah ini bermula ketika ada seorang penghuni baru yang pindah ke seberang kamarku. Mbak nila kini yang berganti menggelinjang-gelinjang sembari berlutut di hadapanku sambil menggigit bibirnya.“Awwh.. Ia pun bergerak mendekatan wajahnya hingga tinggal berjarak sejengkal dari wajahku. Kukunci pintu kamar mandi, dan kuguyur kepalaku dengan segayung air dingin.Dalam hati aku rasanya ingin berteriak sekuat tenaga. Lama lama aku jadi tak tahan juga, kuputuskan untuk menggigit bibirku saja daripada nanti malah kecolongan mendesah, bisa malu aku jadinya.Namun mbak nila malah jadi makin gemas, melihatku menahan diri seperti itu membuatnya makin bersemangat memancing desahanku. Sedepp legitttt…” Ujarku lagi setengah sadar.“Mmm iyaa? Dan yang jelas burungku terasa nikmat sekali. Nih mbak masakin cap cay nih buat kamu makan




















