Malahan dia terlihat bingung apa yang sedang kulakukan, wajahnya masih terlihat sangat cantik walaupun matanya sudah sembab karena daritadi menangis.Kupegang ujung vibrator berbentuk seperti lipstick ini, ku tunjukan ke kamera yang sedari tadi merekam aktivitas bejatku.“Bapak Ibu, makasih ya mainannya…bentar lagi mainan bapak ibu ini bakal bantuin ane jebol memek anak gadis kalian lowh, ouwh ya maaf ya bapak ibu kalau nanti ranjangnya jadi kotor sama peju dan darah hehehee” aku berkata-kata ke kamera seperti menitipkan pesan untuk orang tua fanny, mungkin jika kelak orang tuanya mendapatkan video ini mereka bisa mati berdiri karenanya hahaha.Tidak ingin membuang waktu lagi, langsung kuposisikan benda itu di celah sempit di tengah selangkannya, kusetel pelan terlebih dahulu…“rrtt..aaahhhh..rrttt…hhmmm….rrrrrtttttt…rrttt..ohhh…rrrttt” Fanny mengerang setiap kali kutekan vibrator ini ke arah klitorisnya…“Paakk a..paa eeeh…ohhh ahh…ahh..Apaah inihh??” Fanny bertanya benda apa yang sedang kutempelkan di memeknya ini, mukanya memerah menahan birahi karena getaran alat ini memicu syaraf-syaraf di klitorisnya.




















