Ada cairan putih di celana dalamku.Di kantor, aku masih terbayang-bayang wanita yang di lehernya ada keringat. Untung ada tissue yang tercecer, sehingga ada alasan buat Hawin.Ia mengambil tissue itu, sambil mendengar kabar gembira dari wanita yang menunggu telepon. Bokep India Keringatnya meleleh seperti yang kulihat sekarang. Sudah tiga tahun, benda ini tak kurasakan Sayang. Ia cukup lama bermain-main di perut. Lalu ia kembali memijat pangkal pahaku. Tapi masih terhalang kain celana. Aku masih di atas angkot. Angin menerobos kencang hingga seseorang yang membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu.“Mas Tut..” hah..? Napasnya tersengal. Ia tersenyum melihatku.“Maaf Mas, sapu tangan saya ketinggalan,” katanya.Ia mencari-cari. Bergantian Hawin kini telentang.“Pijit saya Mas..!” katanya melenguh.Kujilati payudaranya, ia melenguh. Aku duduk di tepi dipan. Aku masih di atas angkot. Aku menurut saja. Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku.Aku harus, harus, harus..! Sekarang sudah lebih lancar. Sial. Kalau potong rambut ya masuk ke tukang pangkas di pasar.
