Kulihat pinggangnya agak ramping, bongkahan pantatnya yang cukup besar untuk anak seusianya. Kulihat sudah separuhnya tertancap, Titin meringis, kutahan sebentar.Setelah Titin terlihat tenang, dengan tiba-tiba kutekan penisku sekuat tenaga,“Blesss.. Bokep abis kamu tidur kok nggak pake baju. Baunya segar sekali.Titin kaget sekali saat kucium kewanitaannya. Aku kaget sekali. masak siang-siang gini. Sakit khan..” kataku karena penisku ditarik.“Cepetan doongg.. nanti Ibu bangun..” dia pun mengecilkan suaranya. Emang Mas pernah marah sama Titin?” tanyaku.“Kalau Mas lagi ngintip Mbak Nunung, apa yang Mas rasakan?” tanyanya.Waaa.. Kuturunkan ciumanku ke lehernya.Dia makin mendesah-desah.“Aduuuhh.. Tangan kiriku di dadanya, dan tangan kananku di atas vaginanya. Penisku sudah lemas tapi masih tertancap di vaginanya.Setelah mengatur nafas masing-masing, Titin berbisik,“Terima kasih banyak Mas.. Sini dulu dong Maasss..” katanya manja sambil menarik tanganku agar duduk di dipannya.“Maaass aku kepingin seperti semalem doongg.” katanya sambil menatapku.“Nggak ah..
