Menjelang siang, saya sedang jalan di barisan toko-toko besar di samping Pasar.Dan di depan toko beras paling besar di Pasar, saya melihat Juragan sedang menghitung segepok uang. “Bagus, Denok. Vidio Bokep Kami masuk ke rumah Juragan. Lidah saya mulai menjilat balik lidah Juragan. Kini hari-hari saya dihabiskan mengurus Juragan dan membantu Juragan menjalankan toko beras. Tokonya sedang sepi, tidak ada pembeli.“Juragan,” pinta saya. Ditambah lagi, uang habis untuk mbayar rumah sakit dan pemakaman, malah mesti berutang ke mana-mana.Saya nggak mampu mengadakan acara macam-macam buat Simbok, hanya bisa mendoakan sendiri semoga arwah Simbok bisa tenang di alam sana dan ketemu lagi dengan Bapak. Haduh biyung. Awalnya kami berkeliling Ibukota, sekadar mencari keramaian di mana kami bisa memperoleh beberapa lembar rupiah demi menyambung hidup.Kami biasa mulai pagi-pagi, menjajaki jalan-jalan Ibukota untuk mencari orang-orang yang mau kami hibur dengan tarian kami. Belum utang-utang lainnya. Atau kamu jualan aja.”“Saya sekarang juga lagi kerja, Juragan,” saya jengkel tapi tidak berani menunjukkan; sepertinya
