Ibu Tiri Yang Ingin Kukentot (volume #38, Adegan #2)

Bedanya, mereka bukan lagi mengagumi ketampananku, melainkan sedang menertawakanku.“Aduh, telingaku sakit, Nit.” protesku sambil berusaha melepaskan tangannya yang masih saja menjewerku.“Biarin, biar sekalian telinganya copot!” sahut Nita tanpa mempedulikan rintihan dan ringisanku.Emmmm…. Bokeb Sepuluh menit…… “Arrrrgggggghh… Kok gak bisa tidur sih?”aku menggerutu sambil mengacak-ngacak rambutku.Saat aku memejamkan mata justru bukan rasa kantuk yang menyapaku, melainkan bayang-bayang cewek yang hadir di mimpiku saat tadi aku ketiduran di rumah Nita. Mikir…. Kalau kamu?” sahutku dan balik bertanya.“Hari ini, aku gak ada kuliah!” sahutnya memberitahu. Assalamualaikum.” ujarnya berpamitan.“Waalaikum salam, hati-hati di jalan, Bram.”“Ya ampun tuh anak manis banget sih sikapnya.” gumamku dalam hati.Aku menatap lekat punggungnya saat ia berjalan menjauhiku. Hiks… Hiks…! Biasanya ada Pak Mamat atau Bi Iroh yang nemenin kamu.” ujarnya menerangkan kekhawatirannya.“Sudah, percaya deh sama aku.

Ibu Tiri Yang Ingin Kukentot (volume #38, Adegan #2)