Dadaku mulai berdegup lagi. Bau tubuh wanita setengah baya yang yang meleleh oleh keringat. Vidio Porno Sengaja kuperlihatkan agar ia dapat melihatnya. Aku langsung memasukkan ke saku baju tanpa mencermati nomor-nomornya. Sekarang sudah lebih lancar. Aku tidak dapat lagi memandanginya.Kantorku sudah terlewat. Lalu dikocok-kocok sebentar. Betisnya mulus ditumbuhi bulu-bulu halus. Pokoknya turun.“Kiri Bang..!”Aku lalu menuju salon. Tapi saya gerah.” meloncat begitu saja kata-kata itu.Aku belum pernah berani bicara begini, di angkot dengan seorang wanita, separuh baya lagi. Kuusap sisa cream. Ada dipan kecil panjangnya dua meter, lebarnya hanya muat tubuhku dan lebih sedikit.Wanita muda itu sudah keluar sejak melempar celana pijit. Baru saja aku memasang ikat pinggang, Hawin menghampiriku sambil berkata, “Telepon aku ya..!”Ia menyerahkan nomor telepon di atas kertas putih yang disobek sekenanya. Bergantian Hawin kini telentang.“Pijit saya Mas..!” katanya melenguh.Kujilati payudaranya, ia melenguh. Astaga. Sopir menepikan kendaraan persis di depan sebuah salon.Aku perhatikan ia sejak bangkit hingga turun. Aku masih mematung. Sial. Toh, si setengah




















