Aku memotret sambil mengamati kulitnya yang banyak terekspos dari leher, dada, punggung, paha. Aku tidak boleh menyia-nyiakan momen seksi itu. Bokep terbaru Aku dan Ivan saling memandang penuh arti. Kalau aku tidak terlatih mengontrol orgasme, mungkin tidak akan sampai 3 menit di-treat seperti itu, tapi diserang habis-habisan seperti itu akhirnya aku bobol juga. Tapi aku udah seratus persen terangsang, harus dilepasin. “Yang hot ya..?” pintaku, Lia tersenyum malu-malu.Aku kembali ke belakang kamera. “Nggak ahh.., gue nggak siap.” ucapnya. Kalau melihat wajahnya yang agak melankolis, aku tidak menyangka kalau doi seliar itu.Seluruh batangku ditelan habis ke mulutnya yang kecil mungil, lalu disedotnya bak vacuum cleaner, kadang-kadang dikeluarin lagi. “Please.., jangan potretin lagi deh..!” pinta Lia. Aku tidak kepikir lagi untuk mengatur cahaya dengan light meter saku, pokoknya segala macam teori kompensasi cahaya sudah hilang di kepalaku karena otakku setengah sadar setengah terangsang.Tapi aku tidak perlu khawatir, karena aku mengandalkan kecanggihan kameraku yang bukaan lensa serta speed-nya ku-set mode














